Home » Budaya » Ritual Seba” Lebarannya Suku Baduy ?

Ritual Seba” Lebarannya Suku Baduy ?

Ritual Seba” Lebarannya Suku Baduy ?

IMG_20250501_181558

Oleh : Asep Kurnia

Setiap akhir bulan April dan awal bulan Mei (tahun 2000 – 2024) bagi warga Etnis Baduy memiliki agenda khusus yang relatif tetap dan istimewa, karena di jedah minggu tersebut Komunitas Adat Baduy akan selalu melaksanakan kewajiban atau “rukun adat” bernama Seba sebagai bukti kongkrit penerapan dari salah satu 9 tugas pokok kesukuan Baduy pada point “ Ngasuh Ratu Nyayak Menak “. Karena berakhirnya bulan Kawalu Tutug pada akhir bulan April, maka tahun 2025 pun acara Ritual Seba akan dilaksanakan pada minggu pertama yaitu tanggal tanggal 1-4 Mei 2025.

Seba sebagai salah satu rangkaian ritual kegiatan keagamaan yang benar-benar diagungkan (dipusti-pusti) setelah mereka melaksanakan tiga bulan berpuasa ( Kawalu ) dibulan Kasa, Karo dan Katiga penanggalan kalender adat mereka yang diakhiri Kegiatan Ritual Ngalaksa sebagai kegiatan penutup tahun adalah hal sakral yang super wajib untuk dilaksanakan oleh mereka karena isinya adalah menyampaikan amanat-amanat secara langsung ke Ratu dan pemerintahan khusunya yang menjadi tanggungjawab Adat, keluhan Adat. Hal lainnya adalah menegaskan dan memberi nasehat mana yang harus dipertegas mana yang harus dibereskan dan mana yang harus dilaksanakan oleh Pemimpin atau Pemerintah agar supaya keseimbangan alam dan lingkungan ini tetap terjaga, aman, tentram dan damai karena manusia itu biasanya dan pinternya merusak alam yang ujungnya menimbulkan bencana Alam.

Berbagai ulasan, tanggapan serta penjelasan atau narasi tentang ‘Seba Baduy’ pun akhirnya menjadi trendy dan sangat beragam baik yang disajikan di media cetak maupun media elektronik (internet). Hal itu menunjukan bahwa acara ‘Seba Baduy’ adalah suatu acara adat yang penting dan memungkinkan menjadi Primadona pilihan berita yang cukup diminati oleh kalangan masyarakat baik para Journalist, Pemerhati Komunitas Adat, Budayawan dan atau para Researcher Komunitas Adat.

Apalagi Seba ini sudah resmi dinyatakan sebagai aset unggulan budaya lokal dan menjadi Program Unggulan Destinasi Pariwisata bahkan di tahun 2023 dan 2024 sudah masuk bagian dari kerangka Event Budaya Nusantara Indonesia sehingga manjadi alat pemantik atau penarik kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara sebagai mana dijelaskan oleh Kadis Pariwisata Kabupaten Lebak bahwa 30.000 wisatawan diharapkan berkunjung ke Lebak sampai pada acara puncak Seba tahun 2023 yang digelar dari hari jumat, sabtu dan minggu tanggal 28 – 30 April 2023 bertepatan dengan tanggal 7-9 Bulan Safar penanggalan Kalender Adat mereka juga bersamaan (tanggal reujeung) 7, 8, 9 Syawal 1444 Hijriah. Dan Seba tahun 2024 mampu menghadirkan 40.000 lebih wisatawan dari wilayah Jabodetabek.

Keragaman tanggapan dan ulasan serta narasi ‘Seba Baduy’ adalah merupakan pencerahan sekaligus penambahan dan pembuka wawasan bagi public yang interest pada acara ritual tersebut. Saya sebagai bagian dari orang yang selalu setia mendampingi, mangawal dan membantu pelaksanaan Seba dari tahun 2000 – 2023 merasa berkepentingan juga untuk ikut berkontribusi mencerahkan publik perihal seputar dan sekitar ‘Seba Baduy’ dalam rangka memperlengkapi informasi kekinian Seba agar terhindar dari ketimpangan, kerancuan dan pembiasan berita dari aslinya. Juga demi menghapus narasi atau pandangan yang kurang sedap tentang Seba yang masih sering diartikan sebagai suatu Penyerahan Upeti atau Pertanda Tunduknya suku Baduy pada pemerintah padahal Seba bukan itu karena Seba memang bukan ritual seperti itu.

Dalam kontek Seba sebagai suatu kewajiban adat yang harus tetap dilaksanakan, maka setiap tahun di awal bulan Safar sebagai awal tahun kalender adat mereka pasti melaksanakannya, terlepas apakah acara Seba itu meriah-sepi ( baca : Banyak dan sedikitnya peserta Seba atau simple meriahnya sambutan balik pemda) , diterima atau diabaikan pemimpin atau pemerintah, maka Seba akan tetap dilaksanakan walau hanya disaksikan sebatang kayu ( Tunggul jeung dahan sapapan nu nyaksian ) dan Seba hanya akan berakhir ketika suku Baduy sudah tiada atau punah.

Tetapi dalam kontek content Seba, sejarah membuktikan terjadi perubahan atau pergeseran disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat Seba itu dilaksanakan, sejarah juga membuktikan bahwa Seba di baduy selalu berubah dan berganti selang sekar tiap dua tahun sekali ada “Seba Alit atau Leutik” dan “Seba Ageung atau Gede “.

Setiap Seba juga terjadi perubahan tema atau misi atau usulan yang diemban pihak adat dan itu tergantung situasi kenegaraan dan juga kebutuhan adat pada saat itu. Dari sisi pelayanan pemerintah pun setiap tahun selalu ada pergeseran dan perubahan menservice pesereta Seba (proses modifikasi ) itu juga dilihat dari kuantitas peserta dan interest sang pemimpin serta situasi kondisi politik saat itu. ‘Seba Baduy’ selalu mengikuti zaman (ngindung ka waktu ngabapak ka zaman) dan interestnya pemimpin yang saat itu menjabat.

‘Seba Baduy’ tidak pernah menawarkan dan meminta bentuk pelayanan khusus dari pemerintah dan tidak pernah protes apapun tentang bentuk pelayanan atau respon pemerintah, mereka selalu legowo, nerimo dan tepo seliro bagaimana pemerintah mendudukan dan atau memposisikan Seba, karena bagi mereka hal terpenting mereka bisa melaksanakan ritual Seba sebagai Rukun Adat. Tentang adanya rekayasa acara tambahan diluar Seba sebelum dan atau sesudah Seba yang dianggap dapat menyemarakan dan membummingkan Seba, mereka sepenuhnya menyerahkan pada sang penerima Seba. Seba yang pokok bagi mereka bahwa membacakan mantra Seba dan menyerahkan Laksa sebagai inti acara Seba tidak dirubah. Itulah maka situasi dan kondisi yang saya narasikan di atas adalah menunjukan bahwa : “ Seba Baduy selalu mengali dinamisasi dan pergeseran.” (askur, 2025 )

Benarkah bahwa terjadi Dinamisasi dan pergeseran Seba Baduy atau tetap monoton ? Bagi pemerhati Seba yang selalu setia tentunya bisa menjawab secara gamblang bahwa pergeseran dan perubahan pelaksanaan Seba itu selalu terjadi, paling tidak kita bisa membaca dari Tema atau Misi yang diusung pada saat Seba, kemudian dari jumlah Peserta dan tak kalah penting dilihat dari ragam bawaan hasil bumi mereka, dari sajian Agenda Kegiatan Seba di setiap Pemda yang disinggahi Seba dan dari tingkat hingar bingar atau kemeriahan para pengunjung yang ikut menghadiri Ritual Seba.

Perubahan drastis jumlah peserta dan pelaksanaan Seba pada saat Covid misalnya dari jumlah peserta 1500 orang lebih di tahun sebelumnya ke 30 orang dan tidak ramai, itu bukti outentik bahwa pelaksanaan Seba memang sangat dinamis atau dalam bahasa saya Seba itu selalu mengalami Elastisitas atau Fleksibiltas dalam pelaksanaanya tergantung sikon dan tuntutan juga tuntunan, bahkan untuk ajang menaikan popularitas dan elektabilitas pemimpin dan calon pemimpin Seba pun bisa dijadikan tumpangsari bila kita mau.

Azas peluang terbuka dari Seba sudah nampak dibuka, tinggal tergantung tingkat interest dan kemahiran pemangku jabatan dalam menegoisasi atau melobi dan memusyawarahkan dengan pemangku adat serta tergantung bagaimana cara mengemas acaranya. Bahasa singkat saya, diramaikan okeh and tidak diramaikan juga okeh saja.

Jika membaca pernyataan dari Kadis Pariwisata Lebak di berbagai medsos yang mengestimasikan bahwa Seba 2023 akan dihadiri oleh sekitar 1500 peserta atau 10 kali lipat dari seba 2022 dengan kutipan sbb :
“Perayaan Seba Baduy tahun ini akan dihadiri para duta besar negara sahabat agar banyak wisatawan mancanegara,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin dalam keterangan tertulis di Lebak, liputan 6 ,Selasa (25/2/2023). Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lebak, Imam Rismahayadin mengatakan, sekitar 1.250 warga Baduy akan jadi peserta seba untuk bertemu pemerintah. “Info terkahir dari desa (Kanekes) 1.250 orang,” kata Imam kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Rabu (26/4/2023). Dalam gelaran empat hari tersebut banyak acara menarik yang digelar mulai dari gelar produk UMKM, lomba dan permainan tradisional, pameran foto, wayang golek dan pertunjukankesenian

Maka pernyataan dikutipan tersebut adalah bukti terkini bahwa kekinian Seba itu selalu mengalami Dinamisasi. Apakah di pemda Pandeglang, Serang dan Pemda tingkat provinsi akan melakukan hal yang serupa dengan pemda Lebak, yach kita sebagai penonton mah tinggal wait and see saja ?

Sebagai penguat argumentasi, saya tulis ulang kutipan Pak Jaro Saija di Tempo.Co 26/04/2023 tentang Tema Seba 2023 yang menyatakan :
“Dengan Seba Baduy itu tentu dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa juga nilai -nilai toleransi,dimana bangsa ini memiliki keberagaman suku, budaya, sosial dan agama,” .

Jadi, Pergeseran dan perubahan content (ruh), tujuan serta fungsi ritual SEBA BADUY dari tahun ketahun tidak bisa dipungkiri keberadaannya, Kini Seba tidak hanya sebatas membacakan rajah mantra dan menyerahkan Laksa tetapi sudah digunakan sebagai ajang penyampaian informasi, aspirasi, harapan serta kebutuhan warga baduy karena disesi akhir disediakan ruang tanya-jawab untuk kedua belah pihak, Seba telah mulai bergeser pula menjadi acara dan arena Dialog, curhat bahkan sesekali menjadi ajang kritikan, terlebih setelah etnis Baduy secara resmi dinyatakan sebagai Aset Unggulan Budaya Lokal dan masuk dalam program unggulan Destinasi Pariwisata Pemda Kabupaten Lebak. (Askur, 2025).

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa inti dari Seba itu adalah melaksanakan tugas dan kewajiban “ngasuh ratu ngajayak menak” bukan “memilih ratu dan menak”, namun di kekinian makna atau nilai Seba lebih diperhalus dengan peminjaman kata “ silaturahmi tahunan “ antara wiwitan dengan negara. Karena pelaksanaan semakin ramai dan peserta Seba dari tahun ketahun makin bertambah banyak (membludak ) dan nyaris selalu berada di angka 1500 peserta lebih.

Efek dari pergeseran konten Seba dari hanya sekedar ritual yang kemudian secara resmi dinyatakan sebagai Even Budaya Nasional telah dengan nyata mempengaruhi geliat perekonomian masyarakat Baduy secara khusus dan masyarakat Lebak secara umum pun pesat meningkat. Jumalah peserta yang selalu membludak tentunya memerlukan penanganan transportasi dan persiapan logistic yang tidak sederhana dan sedikit, penerimaan pun tidak bisa dilaksanakan secara sederhana dan semua itu memerlukan anggaran dan biaya yang tidak sedikit. Apalagi sekarang Seba Baduy itu sudah dijadikan jargon destinasi wisata bahkan sudah dinobatkan sebagai Aset sekaligus Omset Budaya unggulan.

Kini keramaian Seba Baduy sudah tidak bisa lagi dihindari dan selalu dinanti-nanti oleh publik, akhirnya sadar tidak sadar panitia terdorong untuk selalu mendesain acara Seba Baduy dengan kemasan yang lebih update. Kini Ritual Seba Baduy oleh publik mulai diasumsikan atau dianggap sebagai “ Lebarannya Warga atau Suku Baduy”.

(Ditulis di Padepokan Sisi Leuit Perbatasan Baduy , Akhir April 2025)
Asep Kurnia
Pemerhati Suku Baduy.

 

Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Share :

Posted in ,

Berita Serupa

Tingkatkan Prestasi Atlet, Pemprov Banten Gelar PEPARPEDA VIII Tahun 2024 di Kota Tangerang

Kota Tangerang, Beritanew.id – Penjabat (Pj) Gubernur Banten…

Selengkapnya »

Sambut Kedatangan Wapres KH Ma’ruf Amin, Pj Gubernur Al Muktabar: Provinsi Banten Dalam Kondisi Baik

Kab Serang, Beritanew.id – Penjabat (Pj) Gubernur Banten…

Selengkapnya »

Ditreskrimsus Polda Banten Gelar Monitoring Penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah

Serang, Beritanew.id – Ditreskrimsus Polda Banten gelar Monitoring…

Selengkapnya »